Arsitektur hijau mengupayakan fungsi bangunan yang aktif dalam meningkatkan kualitas pengelolaan berbagai aspek bangunan.
KoranProperti.com (Jakarta) – Konsep green building atau bangunan hijau berperan sentral dalam mengurangi dampak negatif, terhadap lingkungan dan meningkatkan kualitas hidup penghuni bangunan.
Hal itu disampaikan Riset & Manager, Green Building Council Indonesia (GBCI) Ichfan Kurniawan dalam diskusi “Healthy Living with Green Architecture”, di Jakarta, Rabu (18/9/2024).
“Bangunan hijau berkontribusi besar dalam mengurangi emisi karbon melalui penerapan desain ramah lingkungan dan material konstruksi yang berkelanjutan,” ungkap Ichfan.
Ichfan juga menegaskan, green building harus dilihat sebagai sistem yang terintegrasi. Setiap elemen mulai dari desain arsitektur, pemilihan material hingga pengelolaan bangunan harus saling mendukung untuk mencapai keberlanjutan jangka panjang.
Menurut Ichfan, material bangunan rendah karbon menjadi salah satu aspek kunci dalam pembangunan gedung hijau.
Ichfan menambahkan, sektor konstruksi menyumbang kebutuhan bahan baku energi sebesar 34 persen, kebutuhan akan air sebesar 12 persen, berkontribusi menghasilkan sampah atau limbah sebesar 25 persen, serta menghasilkan emisi karbon sebesar 37 persen dalam proses produksinya.
Solusi Inovatif Keberlanjutan
“Sektor konstruksi dituntut harus dapat memberikan solusi inovatif keberlanjutan. Disinilah pentingnya penerapan konsep arsitektur hijau dan penggunaan material ramah lingkungan,” tandas Ichfan.
Ditempat yang sama, arsitek sekaligus pendiri Atelier Riri, Novriansyah Yakub mengatakan, arsitektur hijau mengupayakan fungsi pasif bangunan yang dihasilkan dari desain dan struktur bangunan.

“Arsitektur hijau mengupayakan fungsi bangunan yang aktif untuk meningkatkan kualitas pengelolaan berbagai aspek bangunan,” kata Riri panggilan keseharian Novriansyah Yakub.
Menurut Riri, desain tidak hanya mempertimbangkan aspek estetika dan bangunan juga tidak hanya nyaman ditempati, tetapi harus minim dampak terhadap lingkungan.
“Biasanya, desain mengintegrasikan perangkat yang secara aktif memantau dan mengatur penggunaan energi untuk mencapai efisiensi yang lebih tinggi,” jelas Riri sambil menambahkan bahwa kalangan arsitek dinilai berperan dalam merancang bangunan yang tidak hanya mengutamakan estetika, tetapi juga berfungsi meminimalkan penggunaan sumber daya alam, seperti energi dan air.
Pada bagian akhir diskusi, Head of Technical Marketing Semen Merah Putih Syarif Hidayat memaparkan, semen Merah Putih turut berperan aktif dalam mendukung konsep green building melalui inovasi material yang ramah lingkungan.
“Watershield, merupakan semen dengan teknologi water repellent yang dirancang untuk mendukung efisiensi konstruksi berkelanjutan,” tutup Syarif.