Sektor properti nasional tahun 2025 mendatang diprediksi akan tetap mengalami perlambatan. Pemerintah akan terus mengeluarkan berbagai kebijakan, termasuk kebijakan ekonomi nasional yang tujuannya untuk meningkatkan kinerja keuangan korporasi properti maupun meningkatkan daya beli masyarakat terhadap hunian.
KoranProperti.com (Jakarta) – Prospek sektor properti nasional di tahun 2025 mendatang, diprediksi masih diwarnai dengan ketidakpastian dan perlambatan. Hal ini terjadi karena pertumbuhan ekonomi nasional masih berjalan lambat. Perlambatan pertumbuhan ekonomi nasional ini, dipengaruhi antara lain oleh pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS), Eropa dan China yang juga mengalami perlambatan.
Akibat perlambatan ekonomi ini, kinerja sektor properti nasional dipastikan semakin memburuk, terutama bagi pengembang kelas menengah yang memiliki kapital kecil (dibawah Rp1 triliun). Pengembang kelas menengah dipastikan akan membatasi serta menurunkan investasinya di sektor properti.
Pengembang properti kelas menengah diprediksi masih akan menghadapi tekanan (pressure) akibat keterbatasan sumber keuangan dan akses pendanaan.
Sedangkan, bagi pengembang kelas atas, mereka akan melakukan wait and see sambil menunggu regulasi baru yang akan dikeluarkan Pemerintahan Prabowo Subianto, terkait sektor perumahan nasional.
Untuk mengantisipasi memburuknya sektor properti nasional tahun 2025, Pemerintah telah berusaha mengeluarkan berbagai kebijakan ekonomi, baik dalam rangka memperbaiki kinerja keuangan korporasi properti maupun meningkatkan daya beli masyarakat, terutama MBR dalam membeli rumah. Diharapkan melalui kebijakan ini, para pengembang properti kelas menengah memiliki akses pendanaan yang lebih kuat dan MBR dapat memiliki rumah.
Daya beli masyarakat kelas menengah dan MBR dalam membeli hunian (rumah subsidi maupun apartemen) menjadi faktor yang sangat penting, karena mereka memegang peran sangat penting dalam perekonomian nasional. Dalam beberapa waktu terakhir ini, daya beli kelas menengah dan MBR terhadap properti mengalami penurunan sangat signifikan.
Penurunan daya beli masyarakat kelas menengah di Indonesia, tampak jelas dari beberapa faktor yang tercermin berdasarkan hasil riset beberapa lembaga survei, salah satunya Lembaga Survei Inventure. Berdasarkan hasil survei lembaga ini, salah satu alasan terbesar menurunnya daya beli adalah lonjakan harga kebutuhan pokok yang diungkapkan 85 persen responden.
Tekanan Finansial
Kenaikan harga kebutuhan dasar ini membuat masyarakat kelas menengah dan MBR harus mengalokasikan lebih banyak penghasilan mereka untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, dibandingkan untuk membeli rumah. Kenaikan gaji mereka, tidak berbanding lurus dengan kenaikan harga rumah.
Adanya kenaikan suku bunga cicilan kredit properti juga menjadi salah satu elemen yang semakin menambah tekanan finansial bagi masyarakat kelas menengah dan MBR. Kenaikan suku bunga ini membuat biaya cicilan menjadi lebih mahal, baik untuk kredit kepemilikan rumah, kendaraan, maupun kebutuhan lain yang sebelumnya terjangkau.

Country Director of Investment Cove Rizky Kusumo menyebutkan, sebanyak 52 persen generasi Z, sebenarnya ingin punya rumah, namun, mereka hanya mampu membeli properti dengan harga di bawah Rp400 jutaan. Keinginan untuk memiliki properti bagi generasi milenial dan Z tinggi, tetapi kemampuan keuangan mereka rendah.
Rizky menambahkan, menurut data Bank Indonesia (BI) pada Kuartal II-2024, peningkatan penjualan rumah hanya sebesar 7,3 persen, dibandingkan kuartal sebelumnya, 31,1 persen. Alhasil terjadi penurunan penjualan rumah.
Sedangkan menurut data Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP), masih terdapat 81 juta milenial yang belum punya rumah sendiri, dan ini menjadi fokus perhatian pemerintah.
Managing Partner Inventure Yuswohady, dalam press conference daring bertajuk Indonesia Market Outlook 2025 menyebut, pembelian rumah atau mobil merupakan investasi besar yang membutuhkan komitmen finansial jangka panjang.
Yuswohady mengatakan, membeli rumah atau mobil melalui cara kredit dengan cicilan bertahun-tahun, menjadi faktor yang membuat kelas menegah dan MBR menunda, bahkan membatalkan membeli properti, khususnya rumah. Kelas menengah dan MBR lebih memprioritaskan menjaga kestabilan keuangan mereka.
BACA INI: 150 Juta Rakyat Tinggal di Rumah Tidak Layak Huni, Groundbreaking Rumah Gratis Digelar di Tangerang
Di sisi lain, Chief Marketing Office Pinhome Fibriyani Elastria menilai, turunnya daya beli masyarakat, belum dapat disimpulkan akan berdampak langsung pada minat pencarian dan pembelian rumah .
“Fakta ini menunjukkan bahwa minat masyarakat untuk memiliki hunian tetap tinggi, meskipun daya beli melemah,” katanya.
Melihat beberapa indikator yang telah disebutkan sejumlah pengamat properti diatas, maka dapat diprediksi prospek pertumbuhan dan perkembangan sektor properti nasional masih akan terjadi perlambatan dan berpotensi mengalami situasi buruk, terutama bagi pengembang kelas menengah dalam mengembangkan investasi properti.
Di sisi lain masyarakat kelas menengah dan MBR masih akan sulit untuk membeli rumah, bila kondisi finansial mereka tidak mengalami kenaikan secara signifikan.
Adanya rumah rakyat gratis yang disuarakan Kementerian PKP, bukanlah sebuah solusi yang cepat dan tepat, dalam menjawab problem perumahan rakyat yang semakin kronis. Belum lagi sejumlah perkampungan kumuh rakyat miskin yang masih bertebaran di beberapa titik di lima wilayah Jakarta, dan kota-kota besar lainnya di Indonesia.
Prospek sektor properti nasional tahun 2025 dipastikan belum menggembirakan, karena pertumbuhan ekonomi nasional belum menggairahkan. Pengembang besar nampaknya masih menunggu regulasi terbaru yang akan dikeluarkan pemerintah memasuki tahun 2025 mendatang.
Pengembang kelas menengah sangat berambisi untuk melakukan ekspansi investasi properti, namun terbentur kapitalisasi yang terbatas. Sedangkan bagi masyarakat kelas menengah dan MBR termasuk rakyat miskin, peluang mereka sangat kecil untuk membeli rumah, karena kondisi finansial mereka tidak mampu mengimbangi kenaikan harga dan sewa rumah.
Simak dan ikuti terus perkembangan berita dan informasi seputar dunia properti dan bahan bangunan melalui ponsel dan laptop Anda. Pastikan Anda selalu update dengan mengklik koranproperti.com dan google news setiap hari.
Hotline Redaksi 0812 8934 9614