Tren kenaikan dan penurunan harga rumah terjadi, disebabkan oleh lengkap atau tidak lengkapnya fasilitas umum dan sarana konektivitas sosial di suatu wilayah tertentu, serta persaingan harga jual yang ketat.
KoranProperti.com (Jakarta) – Menjelang akhir tahun 2024, sejumlah harga properti, utamanya rumah di wilayah Jabodetabek akan mengalami kenaikan, sekaligus juga penurunan. Hal itu terjadi karena dipengaruhi oleh berbagai faktor di antaranya, suku bunga bank, peningkatan daya konsumsi masyarakat, regulasi perumahan, kelengkapan konektivitas sosial, harga jual yang ketat, serta pertumbuhan ekonomi nasional.
CEO & Founder Pinhome Dayu Dara Permata mengatakan, data riset Pinhome Home Value Index (PHVI) terbaru menunjukkan bahwa harga jual rumah di hampir semua area di Jakarta, khususnya rumah-rumah kecil atau tipe 54 pada kuartal III tahun 2024 mengalami penurunan.
“Penurunan ini menjadi indikasi positif bagi konsumen yang ingin membeli rumah di Jakarta. Rumah kecil atau tipe 54 menjadi prioritas atau pilihan utama mereka dalam membeli rumah,” kata Dayu dalam siaran pers yang diterima koranproperti.com, Jumat (15/11/2024).
Harga jual rumah di Jakarta Barat area Cengkareng dan Jakarta Selatan area Jagakarsa, tambah Dayu, menurun hingga 8 persen untuk rumah tipe 54.
“Harga rumah area Jakarta relatif turun untuk berbagai tipe rumah di sejumlah titik. Hal ini terjadi karena persaingan harga jual rumah yang ketat di area yang sama,” ungkap Dayu sambil menambahkan penurunan harga rumah di Jagakarsa akibat persaingan dalam segmen rumah minimalis.
Untuk harga jual rumah tipe 121-200 di Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara, mengalami penurunan hingga 13 persen karena persaingan ketat harga jual rumah di area sekitarnya.
BACA INI: Soal Donasi Lahan dan Konsep Gotong Royong Program 3 Juta Rumah, Bos Metland Berkomentar Sinis…!!!
Berdasarkan Data PHVI, penurunan harga rumah hampir terjadi di semua area Jakarta. Bahkan, untuk rumah tipe lebih besar atau tipe 201 di daerah Pasar Minggu, Jakarta Selatan turun sangat signifikan sampai 9 persen. Penurunan ini dipengaruhi oleh persaingan harga di segmen rumah mewah, terutama di Kelurahan Kebagusan.
Bekasi dan Bogor Harga Naik
Berbeda dengan harga rumah yang mengalami tren penurunan di Jakarta jelang akhir 2024, untuk wilayah Bogor dan Bekasi justru mengalami tren kenaikan, setelah tersambungnya Tol JORR 2 sebagai akses mobilitas masyarakat di sekitar wilayah itu.
Tol JORR 2 menghubungkan area Cimanggis, Kota Depok melintasi Kabupaten Bogor, dan Kabupaten Bekasi. Dampaknya terhadap sektor properti hunian di wilayah ini ialah harga rumah di Bekasi dan Bogor mengalami kenaikan signifikan.
Data PHVI menyebutkan, pada kuartal III tahun 2024, kenaikan harga jual rumah paling signifikan terjadi pada rumah tipe 201 di Kabupaten Bekasi.
“Rumah tipe 201 di Kabupaten Bekasi kenaikan harganya mencapai 8 persen. Sedangkan rumah tipe 121 hingga 200 di Kabupaten Bogor harganya naik 7 persen,” papar Dayu.
Kenaikan harga rumah di Kota Depok mencapai 5 persen untuk tipe rumah lebih kecil dari tipe 54. Sedangkan rumah tipe 201 di daerah ini naik hingga 6 persen. Untuk rumah tipe 55-120, kenaikan harganya sangat kecil yaitu 2 persen.
Di Kota Tangerang, kenaikan harga rumah tipe 54 dan tipe 121-200 rata-rata mencapai 6 persen. Kenaikan atau penurunan harga rumah terjadi, disebabkan oleh lengkap atau tidak lengkapnya fasilitas umum dan sarana konektivitas sosial di suatu wilayah tertentu, serta persaingan harga jual yang ketat.
Prediksi Harga Rumah Tahun 2025
Memasuki tahun 2025 mendatang, harga rumah diprediksi masih akan mengalami kenaikan, namun kenaikannya sangat kecil.
Berdasarkan data Norada Real Estate Investments, pada tahun 2025 mendatang, pasar harga perumahan diperkirakan akan tetap bergerak naik sekitar 1 sampai 2 persen, di atas tingkat inflasi yang terjadi saat ini.
BACA INI: Milenial dan Gen Z Perlu Tahu, Begini Analisis Masalah dan Solusi Dalam Membeli Rumah…
Kenaikan ini disebabkan karena kombinasi berbagai faktor seperti kenaikan pendapatan riil, suku bunga hipotek yang lebih rendah, dan peningkatan keterjangkauan hunian dan harga.
Data Norada menyebutkan, kenaikan harga rumah pada tahun 2025, juga dipengaruhi oleh perkembangan teknologi inovasi terbaru dalam pembangunan rumah.
Teknologi baru itu di antaranya pencetakan 3D, komponen struktural buatan pabrik, serta perangkat lunak yang meminimalkan pemborosan bahan material. Perkembangan teknologi ini, diprediksi akan semakin banyak digunakan dalam industri konstruksi yang tujuannya untuk meningkatkan kualitas bangunan, sekaligus mempercepat proses pembangunan konstruksi rumah.
Simak dan ikuti terus perkembangan berita dan informasi seputar dunia properti dan bahan bangunan melalui ponsel dan laptop Anda. Pastikan Anda selalu update dengan mengklik koranproperti.com dan google news setiap hari.